Tugas
perutusan kita menuju kepada dunia yang terus bergerak dan berubah dengan cepat
dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam situasi dunia yang demikian itu kaum
religius menghadapi dua macam bahaya.
Pertama tetap tenang dan acuh tak acuh karena merasa sudah kecukupan,
atau ketinggalan, tak relevan lagi. Kedua
ikut gila bersama jaman yang menggila,
oleh pola hidup hedonisme,
konsumerisme, materialisme, instan dan
ikut arus jaman. Evolusi budaya yang
membawa pluralisme ideologi, pluralisme pendapat, juga masuk ke dalam Gereja.
Hal yang cukup menantang adalah terjadinya pengelompokan yang berdampak pada
perpecahan, dan masuk ke dalam tubuh Kongregasi
membawa ketegangan dalam hati masing-masing dan mewarnai hidup harian kita.
Ketegangan itu menuntut kita untuk lebih
mampu mengalami keheningan dalam Tuhan,
berdiskresi (membedakan roh), berefleksi dan berevaluasi tentang
identitas kita sendiri, apa yang kita lakukan dan bagaimana kita akan bersikap
dalam situasi seperti itu. Dengan bina lanjut kita berharap tidak dalam
ketegangan atau frustrasi tetapi dapat bertumbuh dan mengubah ketegangan
menjadi rahmat pertumbuhan. Seruan Gereja yang saat ini mengharapkan dari kaum
religius suatu kesaksian hidup yang bermutu tinggi agar Gereja dapat
melaksanakan perutusannya sebagai sakramen keselamatan dalam dunia yang penuh
krisis ini menuntut dari kaum religius kemampuan untuk berdialog, kemampuan
evangelisasi baru, dan kemampuan menjelmakan kharisma dan kekayaan
spiritualitas Kongregasi ke dalam dunia (bdk.Mutual Relationes 11, 12, 13).
Untuk itu perlu pembaharuan diri terus menerus, senantiasa menumbuhkan kepekaan
akan Roh Kudus yang menjadi sumber inspirasi para pendiri Kongregasi. Proses
bertumbuh untuk semakin mampu menghayati tuntutan hidup religius yang
berlangsung seumur hidup dan tak pernah selesai itu, diperlukan pembinaan diri
terus menerus. Pembinaan diri terus menerus merupakan suatu proses pembaharuan
yang menyeluruh yang mencakup semua segi hidup religius dan seluruh lembaga itu
sendiri. Aspek-aspeknya berbeda-beda tetapi tidak dapat dipisahkan dari, dan
saling berpengaruh dalam hidup setiap religius dan setiap komunitas. Pembinaan
diri terus menerus menuntut bahwa orang secara cermat dan teliti memperhatikan
tanda-tanda Roh di zaman ini dan bahwa para religius membiarkan dirinya peka
terhadapNya agar mampu menanggapinya dengan tepat. Pembinaan terus menerus
membantu para religius memadukan kreatifitas dengan kesetiaan. Hal ini
disebabkan karena panggilan kristiani dan panggilan religius menuntut suatu
pertumbuhan yang dinamis dan kesetiaan dalam situasi-situasi lingkungan yang
konkrit. Berdasarkan uraian di atas dan dengan menyadari pentingnya pembinaan
diri terus menerus, maka diharapkan para medior dan senior menghayati tuntutan
hidup religius sesuai dengan spiritualitas kongregasi sehingga dapat menjawab
tututan zaman dalam gereja, masyarakat dan dunia.
Video
/fa-clock-o/ TRENDING$type=list
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
Pembaharuan Kaul Inti hidup membiara atau hidup berkaul adalah kita ingin menyerahkan diri penuh kepada Tuhan yang telah memanggi...
-
Sejarah Lahirnya SFD di Dongen Kongregasi Suster-Suster Fransiskanes Dongen mulai terbentuk akibat Revolusi Perancis pada tahun 1789...
-
Syukur merupakan kata yang paling pantas dan layak diungkapkan oleh keluarga besar Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina (SFD) karena ...
RECENT WITH THUMBS$type=blogging$m=0$cate=0$sn=0$rm=0$c=4$va=0
RECENT$type=list-tab$date=0$au=0$c=5
REPLIES$type=list-tab$com=0$c=4$src=recent-comments
RANDOM$type=list-tab$date=0$au=0$c=5$src=random-posts
/fa-fire/ YEAR POPULAR$type=one
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
Syukur merupakan kata yang paling pantas dan layak diungkapkan oleh keluarga besar Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina (SFD) karena ...
COMMENTS